Bidang Pengembangan Pribadi



“Pengembangan Pribadi Menuju Kepribadian Yang Positif”
Refi Wulandari
1601015015
Sebagai panduan untuk pengembangan diri, seorang individu harus melakukan pengarahan diri secara keseluruhan terlebih dahulu, sehingga dapat memahami kelebihan ataupun kekurangan diri pribadi. Individu harus memahami dengan benar mengenai kepribadian, dimensi-dimensi yang terlihat, dan menguji umpan balik yang diberikan atau diterima dari orang lain.
Setelah mengenai apa, siapa, dan bagaimana diri pribadi akan terbentuk konsep diri. Saat konsep diri telah terbentuk, individu akan dihadapkan paa dua pilihan beserta konsekwensinya, yaitu berubah dan berkembang atau bersikap pasrah dan statis. Bila pilihannya adalah berubah maka dibutuhkan niat dan motivasi yang kuat untuk melakukan perubahan, kesadaran bahwa perubahan memang perlu, bagi kelangsungan kehidupan manusia. Agar perubahan dapat berdaya guna bagi diri dan lingkungan sosialnya, individu harus mendasari perubahan dirirnya dengan pengetahuan yang memadai dan teruji kebenarannya.
Pengembangan diri akan tercermin pada perilaku individu yang pada dasarnya memiliki dua aspek yang saling berinteraksi. Aspek obyektif yang bersifat struktural yaitu aspek jasmaniah atau fisik seperti, penampilan, cara berjalan, cara duduk, cara makan, cara berbicara dan aspek subyektif yang bersifat fungsional yaitu aspek rohaniah atau mental seperti, pola pikir, ketekunan, toleransi, dan kebijaksanaan.
Gabungan karakteristik fisik dan mental dalam diri seorang individu akan mengahasilkan kombinasi unik yang disebut kepribadian.[1]

A.    Dua faktor penghambat pengembangan pribadi, antara lain:
1.      Faktor Internal diri
Pengembangan pribadi akan mengalami hambatan yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri dikarenakan:
a.       Individu tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas.
b.      Individu kurang termotivasi dalam hidup.
c.       Individu enggan menela’ah diri.
d.      Fktor usia.

2.      Faktor Eksternal Diri
Hambatan pengembangan kepribadian individu secara eksternal terjadi antaranya disebabkan:
a.       Faktor Tradisi Budaya
Kelompok menerapkan budaya sebagai model untuk pola kepribadian yang disetujui dan menekan individu yang tergabung didalamnya untuk berperilaku sesuai dengan norma budaya kelompok yang bersangkutan.
b.      Penerimaan Masyarakat Atau sosial
Penerimaan sosial yang tinggi menimbulkan rasa percaya tinggi yang berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan, penerimaan sosial yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi rendah diri, menarik diri dari kontak sosial dan terjadi kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada pengembangan konsep diri negatif.[2]

B.     Lima fungsi pokok kemandirian yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri, antara lain:
1.      Mengenal diri sendiri dan lingkungan.
2.      Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3.      Mengambil keputusan.
4.      Mengarahkan diri.
5.      Mewujudkan diri.[3]


C.     Kesadaran Tentang Diri Pribadi Dan Pemahaman
Konsep yang dibicarakan ini serupa dengan yang dibicarakan oleh Rogers mengenai Congruence. Konselor harus sadar akan (1) berbagai kebutuhannya (misalnya: kebutuhan untuk memberi, mengasuh, disukai, menyenangkan orang lain, dicintai, dan dapat mengendalikan); (2) motivasinya untuk membantu (misalnya: apa saja yang didapat dengan menolong orang lain); (3) perasaan yang dipunyanya (misalnya: puas, sakit hati, bahagia, kecewa, bingung, dan takut); (4) kekuatan dan aset pribadi, limitasi diri bagaimana menyelesaikan kesulitan dan stress.[4]

D.    Penilaian Kepribadian
Untuk menilai kepribadian seseorang, ada 2 jenis teknik assesmen, yaitu:
1.      Teknik Proyektif
Suatu teknik assesmen kepribadian melalui penggalian imajinasi individual melalui stimulus yang tidak jelas dan bermakna ganda.
2.      Teknik Objektif
Salah satu teknik assesmen (pengukuran) kepribadian dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur dan dapat di skor secara objektif.[5]

E.     Fugsi Bk Pribadi
Yang diungkapkan oleh Totok (Rima Puspita, 2007: 47-49), yaitu:
1.      Berubah menuju pertumbuhan.
2.      Pemahaman diri secara penuh dan utuh.
3.      Belajar berkomunikasi yang lebih sehat.
4.      Berlatih tingkah laku baru yang sehat.
5.      Belajar untuk mengungkapkan diri secara utuh dan penuh.
6.      Individu mampu bertahan.[6]
F.      Tujuan BK Pribadi
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005:14), merumuskan beberapa tujuan BK yang Terkait dengan aspek pribadi, sebagai berikut:
1.      Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2.      Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
3.      Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
4.      Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
5.      Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silahturahmi dengan sesama manusia.[7]

G.    Pribadi Menarik adalah individu yang mampu menyelesaikan diri dengan lingkungan dan memiliki kestabilan emosi yang mantap. Hal ini tercermin pada:
1.      Sikap, perilaku yang bertanggung jawab dan tingkat kepekaan sosial yang tinggi.
2.      Cenderung mematuhi peraturan, bertindak sesuai dengan norma-norma lingkungan.
3.      Bertindak rasional, suka menolong, bertanggung jawab pada tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya.[8]







[1] Inge Hutagalung, 2017. Pengembangan Kepribadian: Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif. Jakarta: PT Indeks, hlm. 1, Cet. 1.
[2] Ibid, hlm. 10-12.
[3] Sulistyarini dan Moh. Jauhar, 2014. Dasar-Dasar Konseling: Panduan Lengkap Memahami Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakaraya, hlm. 174.
[4] Jeanetee Murad Lesmana, 2015. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia Press, hlm. 65.
[5] Inge Hutagalung, Op.Cit, hlm. 13.
[6] Sulistyarini dan Moh. Jauhar,Op. Cit, hlm. 178
[7] Ibid, hlm. 176-177
[8] Inge Hutagalung, Loc. Cit, hlm. 12

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pohon Karir

Papan Bimbingan